Minggu, 19 Januari 2014

Pengkondisian Berpenguat Skinner

Prinsip Pembelajaran

Sistem pendidikan adalah sangat penting karena kesejarhteraan setiap budaya tergantung pada pendidikannya. Suatu budaya tidak akan lebih kuat daripada kapasitasnya untuk mentransmisikan keahliannya, keyakinanya, dan praktiknya kepada generasi selanjutnya, dan tanggungjawab ini ada di bidang pendidikan (Skinner, 1953).

Belajar di latar ruang kelas
Ada3 asumsi yang menopang pendekatan Skinner untuk teknologi pengajaran. Pertama, analisi eksperimental atas perilaku juga berlaku untuk ruang kelas. Kedua, seperangkat perilaku di kelas mungkin dapat dibentuk dengan cara yang sama seperti perilaku lain. Ketiga, teknologi dibutuhkan untuk memberikan lebih banyak penguatan bagi respons behavioral.

Komponen Pembelajaran 
Konsep-konsep yang diperkenalkan Skinner untuk dipertimbangkan dalan perencanaan ruang kelas antara lain :
a. Stimuli Destriptif,  kejadian spesifik yang akan direspon oleh siswa
b. Kontigensi Penguatan, termasuk mengatur agar siswa mengalami kesuksesan
c. Dinamika Ruang Kelas, yang mencakup memperkuat aproksimasi suksesif, dan memeperkuat perilaku yang tidak kompatibel dengan perilaku yang mengganggu.

Mengembangkan Strategi Kelas
Guru dikelas dapat menggunakan teknologi Skinner dengan tiga cara yakni :
a. Menggunakan stimuli diskriminatif dan penguatan dalam interaksi dikelas secara tepat
b. Mengimplementasikan langkah-langkah pembentukkan didalam pengajaran
c. Menyusun materi pengajaran yang diindividualisasikan


Referensi :
Margaret E, Gredler. Learning and Instruction. edisi keenam

Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Ringkasan Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget


Elemen Dasar
Definisi
Asumsi



Perkembangan Kognitif


Hasil Perkembangan Kognitif



Komponen Perkembangan Kognitif




Isu Utama Dalam Desain Pembelajaran





Kelemahan
Kecerdasan, seperti system biologis, mengkonstruksi struktur yang dibutuhkannya untuk berfungsi

Pertumbuhan pemikiran logis dari bayi hingga dewasa

Konstruksi struktur baru dari struktur sebelumnya ( yakni skema tndakan, operasi  konkret, dan formal)

Asimilasi dan akomodasi, diatur oleh penyeimbangan
Pengalaman fisik dan pengalaman logika matematika

Menjaga relasi timbale balik antara anak dan pendidikan; menghindari pengajaran langsung dan koreksi “kekeliruan” anak.

Analisis Teori

Memahami istilah dan definisi dasar adalah sulit

Kurikulum Piagetan sulit diimplementasikan dan dipertahankan
Perspektifnya  mengesampingkan relasi antara pemikiran logis dan belajar dasar, seperti membaca





Fokus teori Piaget adalah pengembangan pemikiran logis; karenanya, ia tidak memasukkan pedoman khusus untuk pembelajaran. Akan tetapi, pedoman umum untuk pembelajaran berguna membantu siswa berfikir dapat didasarkan pada teorinya. Peran guru dalah mengorganisasikan dan menciptakan situasi yang memberikan masalah yang bermakna dan mengajukan peranyaan yang mendalam yang akan membangkitkan peikiran anak.

Selasa, 07 Januari 2014

KONDISI BELAJAR ROBERT GAGNE

Keterampilan, apresiasi, dan penalaran manusia dengan semua variasinya, dan juga harapan, aspirasi, sikap, dan nilai-nilai manusia, umumnya diakui bahwa perkembangannya sebagian besar bergantung pada pristiwa yang disebut dengan belajar . ( Gagne, 1985, h. 1)

Tiga prinsip dari pembelajaran yng efektif yang disebutkan Gagne dalam analisis tugas latihan : (a) memberikan pembelajaran mengenai seperangkat tugas-tugas komponen yang diarahkan untuk membangun tugas final : (b) memastikan bahwa setiap tugas komponen dikuasai ; (c) sekuensi tugas komponen untuk memastikan transfer yang optimal  ketugas final (Gagne, 1962a, 1962b)

Macam-macam Belajar

Lima variasi belajar yang dianggap oleh Gagne memenuhi kriteria yaitu :
- Informasi verbal
- Keterampilan intelektual
- Keterampilan motorik
- Sikap, dan
- Strategi kognitif

Lima variasi belajar ini merepresentasikan hasil belajar. Mereka adalah kapabilitas sebab mereka memungkinkan untuk membuat prediksi berbagai macam contoh kinerja oleh pembelajar (Gagne & Bringgs, 1979, h 51). Sebaliknya, strategi kognitif mencakup kapabilitas yang mengontrol belajar, mengingat, dan berfikir.

Selain jenis-jenis belajar, Gagne (1977, 1985) mengidentifikasi keadaan internal dan proses penting dalam mencapai masing-masing tipe belajar. Keadaan itu adalah kondisi belajar internal . Akan tetapi, kondisi untuk mendapatkan keterampilan baru atau kapabilitas baru ini tidak semua ada dalam pemelajar, yang juga penting adalah stimuli dalam lingkungan yang berinteraksi dengan pemrosesan internal pemelajar. Dukungan lingkungan ini disebut sebagai kondisi belajar eksternal . Kegiatan pembelajaran (kondisi eksternal ) berinteraksi dengan kondisi internal untuk melahirkan pencapaian tipe kapabilitas tertentu.

Referensi :
Margaret E. Gredler. Learning and Instruction.Jakarta:Kencana, 2011. Edisi Keenam

  






Rabu, 11 Desember 2013

LAPORAN OBSERVASI SMK TRITECH INFORMATIKA MEDAN

KELOMPOK 10

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG SEKOLAH
a.      Profil Sekolah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ini bernama SMK Tritech Informatika Medan dengan nomor pokok sekolah nasional 10261412. SMK Tritech Informatika berada di Jln. Bhayangkara No. 522 CDE, Indra Kasih, Medan Tembung, Sumatera utara. Sekolah Menengah Kejuruan Tritech berstatus sekolah swasta yang ditetapkan pada tanggal 06 Agustus 2010 dengan nomor surat izin 420/10985/PPMP/09.
Penyelanggara sekolah ini adalah Yayasan Pendidikan Triadi Teknologi. Website dan email sekolah ini adalah http://www.tritech.sch.id dan smktritech@gmail.com. Telepon/ Faximile 061-6635991/ 061-6641576. Bidang keahlian SMK ini adalah teknik informasi dan komunikasi. Kompetensi keahlian SMK ini adalah TKJ, Multimedia, dan RPL.
b.      Sejarah Singkat Sekolah
Berawal dari niat suci Yayasan Bapak Zulkifli, SE, S.Sos untuk beribadah kepada Allah SWT dan pengabdian dirinya bagi dunia pendidikan. SMK Tritech Informatika berdiri diawali dengan dibukanya Lembaga Kursus Komputer dan Bahasa Inggris yang diberi nama Tritech Quantum. Seiring dengan perkembangan dan tuntutan dari masyarakat maka pada tanggal 20 Mei  2010 didirikanlah SMK Tritech Informatika dengan memakai konsep SMK IT Modern.
SMK Tritech Informatika memiliki 3 Program Keahlian, yaitu Teknik Keterampilan Jaringan, Multimedia, Rekayasa Perangkat Lunak yang bertempat di Jl. Bhayangkara No. 522 Medan dan diasuh oleh Guru dan Dosen berpengalaman tamatan S1 dan S2 dari Universitas Negeri dan Swasta yang terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional. Pada saat ini SMK Tritech Informatika mengasuh 1000 siswa/i, dengan jumlah pendidik sebanyak 80 orang dan tahun ajaran  2012/2013 telah menempati gedung baru di Jl. Bhayangkara No. 484 dengan jumlah kelas sebanyak 36 ruang. Guna pengembangan selanjutnya pada tahun 2013 akan dibuka STMIK dan PLSM, hal ini dilakukan dalam rangka memenuhi keinginan masyarakat dan membantu program pemerintah dalam bidang pendidikan.
c.       Visi dan Misi Sekolah
-        Visi
Menjadikan SMK berbasis teknologi Informatika yang Unggul, Mandiri, Religius dan Berstandar Internasional.
-        Misi
Siswa/i mampu menguasai komputer software dan hardware serta  jaringan IT. Melahirkan generasi yang handal dalam bidang IPTEK, IMTAQ dan berjiwa kebangsaan.
B.     DATA OBSERVER
Observer yang mengamati proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tritech Informatika Kelas X TKJ 2, yaitu:
a.      Nama   : Riri Amaliah
NIM    : 101301003
b.      Nama   : Dita Sundari
NIM    : 101301009
c.       Nama   : Tika Ramadhani
NIM    : 101301018
d.      Nama   : Indah Kartika
NIM    : 101301108
e.      Nama   : Efrianty Shaila (Tidak Hadir)
NIM    : 101301119

C.    KONDISI FISIK KELAS
Ukuran ruangan kelas sekitar 8 x 6 m. Di dalam kelas terdapat 26 bangku cheetos, 1 kursi guru, dan meja guru. Selain itu, terdapat kipas angin, AC, televisi, whiteboard yang dilapisi kaca, spidol, proyektor, tong sampah, dan CCTV.
D.    HASIL OBSERVASI
Kelompok melakukan observasi di kelas X TKJ 2, pada tanggal 18 November 2013 pukul 08.15 – 09.15 WIB. Jumlah siswa di kelas X TKJ 2 ialah 26 orang, yang terdiri dari 19 laki-laki dan 7 perempuan. Berdasarkan hasil observasi, media pembelajaran yang digunakan oleh guru ialah papan tulis dan spidol. Sedangkan media pembelajaran yang digunakan oleh siswa ialah buku dan pena. Guru meminta siswa untuk mencatat, kemudia mengulang dan menanyakan kembali materi yang telah di jelaskan. . Dalam proses belajar mengajar guru menggunakan kata ‘kau’ untuk memanggil siswa.

BAB II
TEORI DAN PEMBAHASAN
A.    TEORI
·         Kondisi Belajar Robert Gagne
Gagne  mengungkapkan lima variasi belajar yang memenuhi kriteria, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap dan strategi kognitif (Gagne, 1972, 1977a, 1985 dalam Gredler, 20110. Gagne (1977, 1985 dalam Gredler, 2011) mengidentifikasi keadaan internal dan proses yang penting dalam mencapai masing-masing tipe belajar tersebut. Keadaan itu adalah kondisi belajar internal. Akan tetapi, yang juga penting adalah situmulus dari lingkungan yang berinteraksi dengan pemrosesan internal pelajar. Dukungan lingkungan ini ialah kondisi belajar internal .
Mengembangkan Strategi Kelas
Menurut pendekatan sistem, perancangan pelajaran di kelas adalah salah satu komponen dari proses keseluruhan yang mencakup baik itu kurikulum maupun pembelajaran.
-        Model Perancangan Sistem
Model sistem untuk merancang pembelajaran dicirikan oleh tiga ciri utama. Pertama, pembelajaran dirancang untuk tujuan dan sasaran spesifik. Kedua, pengembangan pembelajaran menggunakan media dan teknologi pembelajaran lain. Ketiga, uji coba, revisi material, dan pengujian lapangan atas material yang merupakan bagian integral dari proses perancangan. Dengan kata lain, model sistem menspesifikasikan tujuan, rancangan pembelajaran, dan uji coba material pada siswa, revisi pembelajaran sampai prestasi yang diharapkan tercapai.
-        Peran Media dalam Pembelajaran
Istilah “ media “ biasanya membuat kita berpikir tentang pembelajaran yang dibantu komputer, televisi pembelajaran, rekaman video, dan CD/DVD, dan sistem penyampaian mekanis lainnya. Namun, media pembelajaran juga mencakup guru, teks tertulis, dan objek riil-ringkasnya setiap sarana fisik yang mengkomunikasikan pesan pembelajaran (Gagne & Briggs, 1979; Reiser & Gagne, 1983 dalam Gredler, 2011). Model pemilihan media yang dikembangkan oleh Raiser dan Gagne (1983) mengemukakan bahwa pertama kita akan mengidentifikasi serangkaian pilihan yang tepat dan kemudian mempersempit pilihan itu menjadi satu atau dua saja. Kemudia Me-review pilihan untuk menilai kemampuan dalam menyediakan kegiatan pembelajaran. Pilihan terakhir didasarkan pada faktor praktis. Model seleksi media berguna untuk mengembangkan pemikiran seseorang tentang berbagai macam media untuk pembelajaran.
·         Komponen Pembelajaran Albert Bandura
Dalam teori kognitif-sosial, komponen ensensial dari belajar adalah model kelakukan, penguatan pada model, dan pemrosesan kognitif pemelajar terhadap pemodelan perilaku. Oleh karena itu, komponen pembelajaran adalah (a) mengidentifikasi model yang patut di kelas, (b) menentukan nilai fungsional dari perilaku dan, (c) memandu pemrosesan internal pemelajar yang mencakup membantu pelajar memahami ketangguhan dirinya.
·         Konteks Sosial untuk Belajar Albert Bandura
Teori kognitif-sosial membahas isu belajar dalam latar naturalistik. Teori ini mendeskripsikan secara spesifik bahwa mekanisme yang digunakan individu untuk saling belajar satu sama lain selama menjalani kehidupan sehari-hari. Observasi atas berbagai model dan penguatan yang diberikan ke kawan dan orang lain merupakan hal yang sangat memengaruhi belajar.
A.    PEMBAHASAN
·         Kondisi Belajar Robert Gagne
Gagne mengemukakan bahwa kondisi internal dan proses merupakan hal yang penting untuk mencapai tipe belajar. Kondisi internal ini meliputi keadaan internal dan proses kognitif dalam diri pelajar. Namun, dalam mencapai hasil belajar kondisi internal tersebut berinteraksi dengan kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan yang meliputi kondisi belajar eksternal dan kegiatan instruksi.
Menurut kelompok, keadaan ruang kelas, fasilitas kelas, dan guru merupakan kondisi eksternal yang berpengaruh pada hasil belajar. Jika melihat ruang kelas X TKJ 2, ruangan kelas tersebut cukup nyaman dengan fasilitas yang sangat mendukung. Ruangan yang bersih ditambah lagi adanya kipas angin dan AC yang membuat suhu di dalam kelas tidak gerah. Selain itu, jumlah siswa yang berjumlah 26 membuat kelas tidak terlalu ramai dan cukup kondusif. Media pembelajaran seperti TV, proyektor juga sangat mendukung proses belajar mengajar. Jadi, menurut kelompok kondisi eksternal dari kelas X TKJ 2 yang meliputi ruangan kelas dan media pembelajaran sangat mendukung terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.
Guru diberikan media yang cukup lengkap untuk mengajar seperti whiteboard, TV, dan juga proyektor. Selain itu, siswa juga di izinkan untuk menggunakan laptop. Namun, guru juga harus mampu memilih media apa yang digunakan untuk mengajar. Media yang ia gunakan harus sejalan dengan materi yang ingin di sampaikan. Ketika kelompok melakukan observasi, kelas X TKJ 2 sedang belajar biologi. Guru menggunakan media papan tulis dengan menggambarkan skema klasifikasi tumbuhan. Guru mengatakan bahwa sebenarnya siswa di perkenankan menggunakan laptop, hanya saja ketika materi yang disampaikan mengenai klasifikasi tersebut tidak perlu menggunakan laptop maka guru hanya menggunakan papan tulis sebagai media. Dan kemudian ia meminta siswa untuk mencatat kembali apa yang telah dituliskan di papan tulis. Pemilihan media apa yang digunakan saat mengajar juga penting. Salah satu faktor yang mempengaruhi ialah waktu. Seperti yang dikatakan oleh guru tersebut bahwa waktu untuk satu les mata pelajaran sekitar 45 menit. Jadi, dengan waktu yang singkat guru harus mampu menyampaikan materi. Ketika materi yang seharusnya dijelaskan dengan rinci tetapi hanya digantikan dengan menonton film atau video mungkin hanya dapat menyajikan materi tetapi tidak ada kesempat untuk melakukan tanya jawab. Jadi, media yang dipilih oleh guru dengan hanya menggunakan media papan tulis menurut kelompok cukup tepat. Karena, setelah menjelaskan guru masih bisa melakukan tanya jawab dan memberikan soal. Jadi, menurut kelompok media papan tulis yang digunakan guru untuk mengajar biologi tersebut merupakan pilihan yang tepat.
·         Model perancangan sistem
Model sistem untuk merancang pembelajaran dicirikan oleh tiga ciri utama. Pertama, pembelajaran dirancang untuk tujuan dan sasaran spesifik. Tentunya, setiap guru mata pelajaran sudah menyiapkan RPP (Rancangan Program Pembelajaran), dimana di dalam RPP sudah terangkum dengan jelas standar kompetensi yang akan dicapai dan metode apa yang digunakan untuk mencapainya.  Kedua, pengembangan pembelajaran menggunakan media dan teknologi pembelajaran lain. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kelompok, diketahui bahwa guru menggunakan media papan tulis dalam mengajar biologi. Selain itu, juga tersedia media lain seperti proyektor dan TV yang tentu mendukung dalam proses pengmbangan pembelajaran. Ketiga, uji coba, revisi material, dan pengujian lapangan atas material yang merupakan bagian integral dari proses perancangan. Guru di kelas X TKJ 2, setelah ia menjelaskan materi ia meminta siswa/I untuk menjelaskan kembali dengan memberikan pertanyaan. Dan ketika siswa/I memberikan jawaban yang kurang tepat guru juga merevisi jawaban tersebut. Kemudian, guru meminta siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan, hanya saja waktunya tidak cukup sehingga guru tidak bisa memeriksa jawaban siswa/I sehingga menjadikan soal-soal tersebut sebagai tugas.
·         Komponen Pembelajaran Albert Bandura
Ada tiga komponen pembelajaran, yaitu: Pertama, mengidentifikasi model yang patut di kelas. Dalam komponen ini dikatakan bahwa baik itu guru maupun siswa dapat berfungsi sebagai model hidup untuk berbagai macam perilaku akademik maupun perilaku sosial. Di kelas X SMK Tritech Informatika dapat dilihat hasil observasi bahwa guru menggunakan kata “kau” dalam mengajar. Walaupun bagi remaja pengaruh model teman sebaya lebih besar namun guru bertanggung jawab atas kelas dan berperan penting sebagai model tanggung jawab. Sehingga, hal ini perlu diperhatikan bagi seorang guru dalam memilih kata-kata yang akan digunakan saat mengajar. Selain itu, siswa juga kurang kondusif saat belajar. Hal ini dapat menyebabkan siswa lain terganggu dalam belajar. Sehingga seorang guru harus memperhatikan hal ini juga dikarenakan seorang guru bertanggung jawab atas kelasnya.
Kedua, menentukan nilai fungsional dari perilaku. Menurut teori kogniti-sosial, seseorang memperhatikan kejadian di lingkungan yang memprediksi penguatan (Bandura, 1977). Menciptakan nilai fungsional dari perilaku sosial juga penting dalam kelas. Penguatan terhadap model teman sebaya untuk mengerjakan tugas dengan tenang, bersikap tertib saat hendak istirahat, dsb, dapat memengaruhi adopsi perilaku teman sekelas. Siswa kurang kondusif dalam belajar. Tidak semua siswa kurang kondusif dalam belajar, sehingga, guru dapat memberi penguat kepada siswa yang mengerjakan tugas dengan tenang. Supaya siswa yang kurang kondusif dapat sedikit tenang setelah melihat siswa yang kondusif saat belajar diberikan penguatan.
Ketiga, memandu pemrosesan internal. Ada beberapa bagian yang termasuk kedalam membimbing pemrosesan internal pemelajar yang mencakup membantu pelajar memahami ketangguhan dirinya. Salah satunya adalah memfasilitasi ketangguhan pemelajar. Ketangguhan diri di kelas dapat diperkuat dengan mengamati kesuksesan teman yang kompetensinya dianggap sama. Berdasarkan teori ini, tidak ada hasil observasi yang tepat berkaitan. Namun jika dilihat lagi, siswa yang kurang kondusif dapat kondusif jika ia mengamati kesuksesan temannya. Seperti yang dijelaskan sebelumnya seorang guru memberikan penguatan kepada siswa yang kondusif. Dengan begitu siswa yang kurang kondusif bisa melihat kesusksesan siswa lain dalam belajar.
·         Konteks Sosial untuk Belajar Albert Bandura
Observasi yang dilakukan siswa dapat memengaruhi belajar. Saat siswa yang kurang kondusif tetap dibiarkan saja mereka berisik maka siswa lain yang mengamati bisa ikut berisik juga. Apalagi guru tidak merespon siswa-siswa yang berisik tersebut. Bisa saja membuat siswa lain merasa berisik bukanlah masalah. Sehingga siswa yang kurang kondusif bertambah.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
·         Kesimpulan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bernama SMK Tritech Informatika memiliki 3 Program Keahlian, yaitu Teknik Keterampilan Jaringan dan Multimedia. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bernama SMK Tritech Informatika memiliki 3 Program Keahlian, yaitu Teknik Keterampilan Jaringan Multimedia. SMK Ttitech Informatika juga telah memiliki visi dan misi yang sudah mulai dikembangkan lebih baik lagi. Bahan pembelajaran yang digunakan khususnya SMK Tritech dilihat dari banyaknya bahan pembelajaran yang dapat membantu siswanya mengenal akan dunia sosial yang menjadi pusat perhatian dunia sekarang ini. Fasilitas di setiap ruangan yang ada di sekolah ini memiliki tujuan sebagai media belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar. Fasilitas yang digunakan juga dapat membantu siswa dan siswi untuk memahami kemajuan tekhnologi yang sedang berkembang di masa sekarang. Konteks sosial yang ada pada lingkungan sekolah baik karena adanya kerja sama antara pengajar dan pelajar dalam mencapai tujuan sekolah sehingga tidak adanya jarak antara guru dan siswa dalam kelas selama proses belajar mengajar. Perlunya kerja sama juga menimbulkan tanggung jawab bersama untuk menjadikan Suasana dalam proses belajar menjadi efektif dan berjalan sebagaimana mestinya.
·         Saran
1.      Sebaiknya fasilitas yang sudah ada difungsikan dengan baik lagi.
2.      Sebaiknya pengajar memperhatikan interaksinya terhadap pelajar agar terjalin komunikasi yang baik.
3.      Design kelas harus lebih diperhatikan agar terlihat jelas dan tidak sempit.
4.      Pengajar dapat mengkontrol suasana kelas agar tetap tenang ketika saat proses belajar sedang berlangsung.
5.      perlunya buku tambahan yang digunakan untuk proses belajar.





DAFTAR PUSTAKA
Gredler, Margaret E. 2011. Learning and Instruction : Teori dan Aplikasi Edisi Keenam. Jakarta : Kencana
Profil SMK Tritech Informatika. http://www.tritech.sch.id/index.php, diakses 30 November 2013.

Senin, 30 September 2013

TEORI PROSES BELAJAR

Pengkondisian Berpenguat Skinner

Bayi yang mengocok mainan, anak lari dengan sepatu roda, dan ilmuan mengoperasikan siklotron-semuanya dieprkuat oleh hasil (Skinner, 1968b, h.153).

Analisis Skinner memicu banyak riset selama lebih dari 50 tahun, yakni riset tentang sesuatu yag awalnya tampak sederhana. Akan tetapi, dlam situasi yang melibatkan dua atau lebih orang, tindakkan terkadang secara tidak sengaja memperkuat perilaku yang tidak diharapkan. Misalnya, situai dimana pengajar (guru/dosen) yang bermaksud baik dengan tidak segera membantu siswa dengan maksud menunjukkan agar siswa dapat mengetahui apa yang dapat dilakukannya (Skinner, 1968b). Akan tetapi ketika siswa menunjukkan keengganan, guru segera membantunya. Bagi siswa yang gerogi atau cemas, menyerah pada masalah- masalah sulit akan "menyebabkan" orang tua memberi perhatian dan bantuan. Reaksi guru justru memperkuat perilaku yang tidak diinginkan (menyerah), yang kemungkinan perilaku ini akan diulanginya.

Mengembangkan Strategi Kelas

Dosen di kelas dapat menggunakan teknologi Skinner dengan 3 cara , yaitu :
  • Menggunakan stimuli diskriminatif dan penguatan dalam interaksi di kelas secara tepat ;
  • Mengimplementasikan langkah-langkah pembentukkan didalam pengajaran;
  • Menyusun materi pelajaran yang diindividualisasikan.
Mengembangkan Iklim Kelas yang Positif

Salah satu aplikasi penting dari teknologi Skinner adalah mengembangkan iklim kelas yang positif. Tujuan ini berbeda dengan tujuan dari implementasi program modifikasi perilaku yang ekstensif. Skinner (1973) mencatat bahwa pendekatan yang jelas, seperti ketegasan tindakan, mungkin diperlukan dalam kondisi kelas yang ribut. Namum seorang dosen dapat membuat transisi dari hukuman menjadi penguatan positif dengan satu perubahan sederhana-dengan merespon kesuksesan mahasiswa ketimbang kegagalan mahasiswa (Skinner, 1973, h. 15). Ketimbang menunjukkan apa kesalahan mahasiswa. Hasilnya menurut Skinner adalah berupa situasi kelas yang membaik dan pelajaran yang efisien.

Mungkin di dalam kelas psikologi belajar, hal ini bisa diterapkan, agar membuat mahasiswa lebih percaya diri dan lebih aktif di kelas dalam mengungkapkan ide-ide yang membantu dalam memahami materi selama perkulliahan

Senin, 23 September 2013

TESTIMONI KULIAH ONLINE

Kuliah online hanyalah sebuah alternative dalam metode pengajaran, jika selama ini kita mengenal istilah Classical, siswa atau mahasiswa berada satu ruang dengan dosen, kemudian dosen mempresentasikan materi, mahasiswa diminta mendengarkan penjelasan dosen.

Kuliah Online berusaha mengurangi dominasi dosen, sehingga ketika dosen yang mempunyai suatu kesibukan/urusan, mahasiswa tetap dapat belajar dengan cara mendownload materi   digital dalam bentuk ebook sesuai dengan link url yang diberikan Dosen tersebut, tentu saja  setelah materi tersebut di upload di sebuah lokasi di internet. Dosen tersebut juga bisa  berdiskusi dengan mahasiswa lewat forum discussion atau lewat email.

Ada beberapa pertimbangan untuk menyelenggarakan perkuliahan secara online, ada yang  sempat berkomentar bahwa jika perkuliahan tatap muka saja masih sulit di evaluasi bagaimana dengan perkuliahan yang tidak ada tatap mukanya. Yah namanya juga belajar, semuanya butuh proses. Mungkin kedepannya ada solusi agar kuliah online bisa jauh lebih efektif dan perkembangan kuliah online ini akan cenderung meningkat, orang cenderung memanfaatkan internet sebagai tempat belajar, mencari berbagai materi yang memang tersedia dalam jumlah melimpah di Internet.

Kuliah online kemarin kurang maksimal dikarenakan mati listrik dan kondisi laptop yang kurang baik. Yah inilah salah satu hambatan ketika ingin kuliah online. Next time mungkin bisa jaga-jaga agar kuliah online dapat berjalan dengan lancar.


Kelompok 10 :
1. Riri Amaliah 10-003
2. Tika Ramadhani 10-018
3. Indah Kartika Dewi 10-108
4. Efrianty Sheila 10-119

Teori Gestalt
Empat teori dasar Gestalt

1. Yang mestinya dipelajari ialah perilaku molar, bukan molecular. Jadi dalam kuliah online, yang dinilai itu bukan hanya jawaban peserta saja tapi kinerja peserta kuliah online dalam mengikuti proses kuliah online. Misalnya kinerja bagaimana menyusun jawaban sehingga menjadi jawaban yang mudah dipahami kemudiam mengetik dengan penulisan yang baik dan seberapa lama ia menjawab pertanyaan –pertanyaan.

2. Organisme merespon keseluruhan sensoris sensoris yang tersegregasi, ketimbang padastimuli spesifik atau kejadian-kejadian yang terpisah atau independen. Jadi dalam kuliah online, peserta tidak hanya merespon pada stimulus berupa pertanyaan yg harus dijawab. Tapi peserta merespon semua stimulus yg terkait, misalnya fasilitas internet dengan merespon stimulus tersebut mungkin kita akan mendapatkan jawaban yang tepat dengan mncari referensi lain misalnua menggunakan google.

3. Individu memahami aspek dari lingkungan sebagai organisasi stimuli, dan merespon berdasarkan persepsi tersebut. Misalnya, peserta kuliah online melihat teman2nya menjawab pertanyaan dengan cepat dan langsung di feedback. Dengan melihat seperti ini peserta akan mempersepsikan bahwa kalau kita cepat jawab pasti di feedback sehingga peserta juga akan terdorong untuk menjawab dengan cepat agar bisa di feedback.

4. Organisasi lingkungan sensoris adalah interaksi dinamis dari kekuatan -kekuatan di dalam struktur yang mempengaruhi persepsi individu. Misalnya, dalam mempersepsikam tentang kuliah online. Ada peserta yang menganggap kuliah online menyenangkan. Karena bisa santai, bisa mendapat referensi dan sambil istirahat di rumah. Mungkin hal ini karena peserta tersebut memiliki fasilitas yang lengkap sehingga mudah baginya melakukan kuliah online. Namun, bagi peserta yang mungkin harua ke warnet atau memiliki kesibukan-kesibukan lain, tentu ia mempersepsikan hal yang berbeda mengenai kuliah online. Karena persepsi kita dipengaruhi juga oleh apa yg terjadi pada kita.